Di suatu hari di penghujung pagi, aku memandang penghujung langit melalui jalan setapak yang seolah tak berujung. Sebuah kursi bambu dibangun seadanya, namun tampak kokoh di bawah pohon rindang. Di sinilah umumnya para petani beristirahat sejenak sebelum pergi……berpeluh, penuh lumpur, lelah,, walaupun sejuk rindangnya pohon cukup menggoda namun tak seorangpun ingin berlama-lama duduk di kursi bamboo di bawah pohon rindang itu….
Sang petani tahu benar bahwa kursi di bawah pohon nan rindang itu bukan tujuan akhirnya, walaupun terbentang di hadapannya ladang jagung dan padi, ditambah indahnya pemandangan dan segarnya udara pagi kala itu.
Begitu pula aku…… tak kan berlama-lama terbuai dengan pemandangan eksotis dipadu dengan sunyinya pagi kala itu, karena dalam hitungan jam aku akan kemabli ke Jakarta.
Dan semua yang aku alami pagi itu, seindah apapun,…. hanya akan menjadi serpihan-serpihan memori bak mimpi, yang akan hilang ketika “terbangun”
Begitu pula kehidupan di dunia ini…….segemerlap apapun cita-cita yang diperoleh ataupun harapan tertinggi yang telah tercapai, kelak akan menjadi mimpi ketika kita terbangun…..
Ya….
Ketika kita terbangun di alam dimana kehidupan sesungguhnya akan dimulai
Al Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah, berkata : “tidaklah dunia ini seluruhnya dari awal hingga akhirnya kecuali ibarat seseorang yang tertidur sejenak, kemudian terbangun. “Makna tersebut diambil dari sabda Nabi sallallahu’alaihi wasallam: Tidaklah aku di dunia ini melainkan (hanya) seperti seorang musafir yang berteduh di bawah pohon lalu beristirahat dan kemudian meninggalkannya (pohon tersebut).” (HR. At-tirmidzi no. 3277)
dan semua keindahan dunia ini sangatlah singkat..
betul 🙂